Posted by Ernest Admin on Tuesday, 14, February, 2017
Syaraf-syaraf halus yang berjalan di sepanjang prostat mengontrol ereksi Anda. Apapun yang dilakukan di dekat mereka bisa mempengaruhi kehidupan seks Anda termasuk menyebabkan disfungsi ereksi/ DE.
Penyakit pembesaran prostat/ BPH (benign prostat hyperlpasia) dan disfungsi ereksi merupakan dua masalah yang saling berkaitan. Hasil studi analisis pada 198 artikel yang relevan oleh Glina menunjukkan bahwa terdapat data epidemiologi yang kuat yang menunjukkan BPH merupakan faktor resiko terjadinya disfungsi ereksi.
Adanya peningkatan tonus adrenergik akan memicu pembesaran pada prostat yang lama kelamaan akan menimbulkan sumbatan sebagian pada saluran kencing sehingga dapat menyebabkan gangguan berkemih serta gangguan pada fungsi ereksi. Arteriosklerosis-pengerasan pembuluh arteri akibat penurunan elastisitas pembuluh darah arteri- juga dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam berkemih (loss of vesical complacency), sumbatan pada saluran kencing dan pembentukan jaringan parut pada korpus kavernosus penis yang akan memicu terjadinya BPH dan DE.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati BPH dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan ereksi. Pria yang mengkonsumsi alpha-blocker seperti doxazosin (Cardura) dan terazosin (Hytrin) mungkin mengalami penurunan ejakulasi. Hal ini karena alpha-blocker merelaksasikan kandung kemih dan sel-sel otot prostat.
Reduktase Alpha juga dapat menyebabkan ED. Selain itu, dorongan seksual bisa berkurang sebagai efek samping yang mungkin dari reduktase alpha seperti dutasteride dan finasteride. Sekitar 3 persen pria yang mengkonsumsi dutasteride (Avodart) mengalami penurunan libido. Sekitar 6,4 persen mengalami libido rendah dengan konsumsi finasteride (Proscar). Kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin (Jalyn) dikaitkan dengan libido rendah di 4,5 persen pria yang mengkonsumsinya.
Pria yang mengonsumsi obat-obat ini juga bisa mengalami jumlah sperma rendah, penurunan volume sperma, dan pergerakan sperma yang lebih rendah.
