Posted by Ernest Admin on Sunday, 8, October, 2017
Efek antiobesitas daun katuk. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan akibat gaya hidup yang sering dijumpai. Kebiasaan- kebiasaan kita masyarakat modern yang gemar berwisata kuliner namun tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang sebanding mengakibatkan tingkat obesitas terus meningkat. Ahli gizi, pabrik- pabrik obat dan herbalist berlomba- lomba mencipatkan terapi baru yang aman dan tentunya lebih “mudah” untuk mengatasi obesitas, maka berkembanglah penelitian herbal yang dapat mengatasi obesitas. Daun katuk ternyata ada dalam daftar herbal- herbal itu!
Efek antiobesitas daun katuk telah dibuktikan dalam sebuah penelitian berjudul
3-O-β-D-Glukosil- (1 → 6) -β-D-glucosyl-kaempferol Terisolasi dari Sauropus androgenus untuk Mengurangi Berat Badan pada Tikus Wistar.
Konsumsi daun muda S. androgynus (katuk) yang tinggi dalam jangka waktu lama, dengan keyakinan bahwa tanaman tersebut membantu mempertahankan berat badan menghasilkan peningkatan obstruksi bronkiolitis secara tiba-tiba di Taiwan, yang biasanya merupakan penyakit paru-paru yang mengancam jiwa.
Orang percaya bahwa S. androgynus memiliki nilai sebagai agen antiobesitas dikonfirmasi dalam sebuah penelitian oleh Yu et al., yang berfokus pada efek senyawa 3-O-β-D-glucosyl-(1-6)-β-D-glucosyl-kaempferol (disingkat GGK) pada S. androgynus untuk pengurangan berat badan pada tikus jantan Wistar.
Hasil efek antiobesitas daun katuk ini menunjukkan bahwa 60 mg per kg dosis GGK menyebabkan penurunan asupan makanan tikus sebesar 15% dan ini menyebabkan penurunan bobot tubuh tikus-tikus ini. Hilangnya asupan makanan ini secara langsung berhubungan dengan dosis GGK yang diberikan ke berbagai kelompok tikus. Selanjutnya, tidak ada perubahan histopatologis yang diamati.
Disimpulkan bahwa GGK berpotensi menjadi agen antiobesitas dan tidak mungkin menghasilkan efek samping yang serupa seperti yang diamati saat mengkonsumsi seluruh tanaman.
