Posted by Ernest Admin on Tuesday, 17, October, 2017
Peran daun katuk pada kematian sel. Berbagai manfaat daun katuk mencetuskan dikerjakannya penelitian seputar daun ini. Salah satunya adalah uji toksisitas daun katuk. Penelitian terdahulu menemukan bahwa ekstrak daun katuk pada dosis dan jangka waktu pemberian tertentu memiliki pengaruh pada kematian sel. Peran daun katuk pada kematian sel juga berkaitan dengan efek samping daun katuk yaitu bronkiolitis.
Jus mentah dari batang dan daun muda tanaman katuk/ Sauropus androgynus (SA) telah banyak digunakan sebagai makanan alami untuk pengurangan berat badan dan perlindungan untuk penglihatan di Taiwan dan Asia Tenggara. Tapi seperti yang telah dilaporkan, bronchiolitis obliteratif terkait SA dapat berkembang setelah mengkonsumsi SA lebih dari 3 bulan. Transplantasi paru dilakukan pada kasus yang parah.
Untuk mempelajari efek toksik, peneliti memisahkan ekstrak SA menjadi tiga bagian, yaitu fraksi CHCl3, EtOAc dan n-BuOH, dengan menggunakan diseksi polaritas. Fibroblas NIH3T3 diberi fraksi SA 300 mikrog / mL dan dikenai serangkaian uji sitotoksik.
Peran daun katuk pada kematian sel nampaknya disebabkan oleh fraksi EtOAc. Fraksi EtOAc menunjukkan efek terkuat penghambatan pertumbuhan sel, diikuti fraksi CHCl3 dan n-BuOH. Fitur kromatin kental dan apoptosis diamati pada sel yang terpapar pada fraksi n-BuOH dan EtOAc dengan menggunakan mikroskop fluoresensi. Pembentukan tangga DNA juga diamati pada sel di atas. Sebagai gantinya, fraksi CHCl3 menginduksi pengotoran DNA. Pada pewarnaan ganda dengan propodium iodide, nekrosis dan apoptosis muncul pada sel yang diberi fraksi CHCl3 dan n-BuOH, masing-masing dan jenis nekrosis serta apoptosis (campuran) muncul pada sel yang diobati dengan etoAc.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nekrosis dan apoptosis terlibat dalam efek toksik SA pada fibroblas NIH3T3. Lebih banyak bukti diperlukan untuk mengklarifikasi jika nekrosis dan apoptosis juga terkait dengan patogenesis bronchiolitis obliteratif terkait SA.
