Posted by Ernest Admin on Wednesday, 1, November, 2017
Faktor risiko depresi post partum: kerentanan biologis. Pada hari-hari pertama dan minggu setelah melahirkan, seorang ibu baru mengalami berbagai emosi. Dia mungkin merasakan banyak perasaan indah termasuk kekaguman, kegembiraan dan kebahagiaan. Dia mungkin juga mengalami perasaan sulit, termasuk kesedihan.
Perasaan sedih dan tangisan yang mengikuti persalinan dikenal sebagai “baby blues.” Baby blues biasa terjadi dan cenderung berkurang dalam waktu satu atau dua minggu. Jenis kesedihan ini sering dikaitkan dengan perubahan hormonal dramatis yang mengikuti persalinan.
Sekitar satu dari tujuh wanita akan mengalami sesuatu yang lebih ekstrem dibanding baby blues yang khas. Wanita yang melahirkan dan berjuang dengan kesedihan, kegelisahan atau kekhawatiran selama beberapa minggu atau lebih mungkin mengalami depresi pascamelahirkan (PPD). Sementara baby blues cenderung lewat dengan cepat, PPD dapat bertahan lama dan sangat mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk menjalani rutinitas hariannya.
Ternyata kerentanan biologis merupakan salah satu faktor yang meningkatkan angka kejadian depresi post partum selain faktor hormonal dan psikososial. Apa yang dimaksud dengan kerentanan biologis, simak penjelasan berikut ini.
Wanita dengan riwayat depresi sebelumnya, riwayat keluarga dari gangguan mood, atau depresi selama kehamilan saat ini berisiko tinggi mengalami depresi pascamelahirkan. Selain itu, wanita dengan riwayat depresi postpartum atau psikosis sebelumnya memiliki risiko kekambuhan hingga 90%.
Sebuah studi berbasis populasi besar oleh Silverman dkk menguji dampak sejarah depresi pada depresi pascamelahirkan dan faktor risiko awal dan perinatal. Depresi pascamelahirkan 20 kali lebih mungkin terjadi pada wanita dengan riwayat depresi. Studi ini juga menemukan bahwa diabetes gestasional dikaitkan secara independen dengan peningkatan risiko depresi pascamelahirkan.
