Posted by Ernest Admin on Thursday, 2, November, 2017
Skrining depresi post partum. Yuk cegah timbulnya depresi post partum dengan mempersiapkan kehamilan dan kelahiran anak sebaik mungkin. Selain itu, ibu juga bisa memonitor kemungkinan timbulnya depresi post partum pasca melahirkan lho. Kemungkinan depresi post partum dapat diperkirakan dengan skrining berikut ini.
Entah Anda menjadi ibu untuk pertama kalinya atau keempat, beberapa hari dan minggu segera setelah kelahiran bayi Anda, anda bisa mengalami perubahan mood yang hebat. Perasaan sedih dan depresi setelah melahirkan ternyata lebih sering terjadi daripada yang banyak orang perkirakan. Penting bagi ibu baru – dan mereka yang mencintai mereka – untuk lebih sering terjadi memahami gejala depresi pascamelahirkan dan untuk menjangkau keluarga, teman, dan profesional medis untuk mendapatkan pertolongan. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, ibu yang mengalami depresi pascamelahirkan bisa menjadi orang tua yang sehat dan bahagia.
Meskipun banyak kontak dengan profesional medis selama masa postpartum, pasien dan perawat mereka sering mengabaikan penyakit afektif (berkaitan dengan mood) pascamelahirkan. Terlalu sering, depresi pascamelahirkan dianggap sebagai konsekuensi normal atau alami setelah persalinan.
Sebenarnya, wanita biasanya melaporkan gejala depresi yang terus berlanjut selama berbulan-bulan sebelum memulai pengobatan. Meski gejala depresi bisa membaik secara spontan, banyak wanita yang masih tertekan 1 tahun setelah melahirkan.
Skrining bagi semua ibu selama periode antepartum dan pascamelahirkan kini telah diindikasikan. Skrining wanita untuk gejala depresi selama kehamilan juga dapat membantu mengidentifikasi wanita berisiko tinggi mengalami depresi pascamelahirkan. Skrining dilakukan dengan menjawab serangkaian kuisioner yang disebut The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Dari kuisioner dapat dinilai apakah seorang calon ibu berpotensi mengembangkan depresi post partum dikemudian hari.
