Posted by Ernest Admin on Monday, 19, December, 2016
Seperti kita ketahui, disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis bertanggung jawab untuk sekitar 10% -20% dari semua kasus disfungsi ereksi, atau ED. Faktor psikologis sering kali merupakan reaksi sekunder dari penyebab fisik yang mendasari. Dalam beberapa kasus, efek psikologis dari ED mungkin berasal dari kekerasan pada masa kanak-kanak atau trauma seksual. Disamping menjadi penyebab sekunder, penyebab psikologis yang paling umum pada ED meliputi:
Stres: Stres dapat timbul sehubungan dengan pekerjaan, masalah keuangan, atau masalah rumah tangga, dan faktor-faktor lainnya.
Kecemasan: Setelah seorang pria mengalami ED, ia mungkin menjadi terlalu khawatir bahwa masalah akan terjadi lagi. Hal ini dapat menyebabkan “kecemasan kinerja,” atau takut gagal dalam berhubungan seksual, dan secara konsisten menyebabkan ED.
Rasa bersalah: Seorang pria mungkin merasa bersalah bahwa ia tidak memuaskan pasangannya.
Depresi: Penyebab umum ED, depresi mempengaruhi seseorang secara fisik dan psikologis. Depresi dapat menyebabkan ED bahkan ketika seorang pria benar-benar nyaman dalam situasi seksual. Obat yang digunakan untuk mengobati depresi juga dapat menyebabkan ED.
Harga diri rendah: Ini dapat disebabkan oleh ED dimasa lalu (sehingga menimbulkan perasaan tidak mampu) atau dapat juga disebabkan oleh isu-isu lain yang tidak terkait dengan kinerja seksual.
Ketidakpedulian: Hal Ini mungkin timbul sebagai akibat dari usia dan kehilangan minat pada seks, bisa juga merupakan efek samping dari obat atau karena masalah dalam hubungan dengan pasangan.
Semua orang pada satu waktu dapat mengalami ED. Hanya jika masalahnya menjadi persisten – terjadi lebih dari separuh waktu – atau menjadi sumber kesusahan bagi Anda atau pasangan Anda, peduli dan mempertimbangkan untuk mencari saran medis dan pengobatan. Pria dengan disfungsi ereksi yanjg disebabkan oleh masalah psikologis, mungkin memerlukan terapi dengan psikolog.