Posted by Ernest Admin on Tuesday, 31, October, 2017
Faktor risiko depresi paska melahirkan: psikososial. Depresi pada ibu- ibu yang baru saja melahirkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang paling umum adalah faktor psikososial.
Kelahiran bayi bisa memicu serentetan emosi yang kuat, mulai dari kegembiraan hingga ketakutan dan kecemasan. Tapi itu juga bisa menghasilkan sesuatu yang mungkin tidak Anda harapkan – depresi. Banyak ibu baru mengalami “postpartum baby blues” setelah melahirkan, yang biasanya mencakup perubahan suasana hati, mudah menangis, kegelisahan dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya dimulai dalam dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan, dan mungkin berlangsung hingga dua minggu. Tetapi beberapa ibu baru mengalami bentuk depresi berat yang lebih parah dan dikenal sebagai depresi pascamelahirkan. Selain itu, meski jarang terjadi, gangguan mood ekstrem yang disebut psikosis pascamelahirkan juga bisa terjadi setelah melahirkan.
Wanita yang melaporkan dukungan psikososial yang tidak memadai, perselisihan atau ketidakpuasan dalam perkawinan, atau kejadian negatif baru-baru ini, seperti kematian keluarga, kesulitan keuangan, atau kehilangan pekerjaan, lebih cenderung mengalami depresi pasca melahirkan.
Namun, tidak ada hubungan yang jelas dan konsisten antara faktor kebidanan dan risiko depresi paska melahirkan. Namun, data terakhir menunjukkan hasil perinatal yang merugikan dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi dan depresi pascamelahirkan.
Woolhouse dkk menemukan bahwa kekerasan oleh pasangan menjadi hal yang biasa di antara wanita yang melaporkan gejala depresi pascakelahiran, yang mungkin merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan pasien ini.
Sebagai alternatif, bekerja setalah melahirkan, mendapatkan seseorang untuk membantu mengurus bayi dan dukungan sosial dikaitkan dengan tingkat gejala depresi yang lebih rendah.
